Gambar tentang poster laboratorium Hematologi, gambar pertama tentang tata cara menangani tumpahan darah, dan gambar kedua tentang cara menutup jarum suntik dengan benar.
jepret-jepret saat kuliah 1
ANALIS KESEHATAN POLTEKKES KEMENKES
BANJARMASIN
#Semester 2.
Praktek mata kuliah instrumentasi,, nyari vena buat ngambil darah ,
pict kedua,, masih meraba2 dimana vena..
pict ketiga, dengan instruktur bpak fadhil...
K3 Kebakaran
MAKALAH
K3
KEBAKARAN
DISUSUN
OLEH:
KELOMPOK
II.2
1.
AMALIA
2.
HERLENA
FITRIANI
3.
LIDIA INDAH
DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN
BANJARMASINJURUSAN DIII ANALIS KESEHATAN TAHUN AKADEMIK
2013/2014
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat
Allah SWT yang telah memberikan rahmat,
hidayah, dan karunia-Nya kepada kita semua,
sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi tugas K3.
Sehubungan dengan tersusunnya makalah ini kami mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh Karena itu, dalam kesempatan ini kami menyampaikan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang membantu dan membimbing penulisan ini sehingga dapat selesai tepat waktu.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan dan kelemahan karena sedikit banyak disusun berdasarkan pustaka dan data yang telah dikumpulkan. Oleh karena itu,
kritik dan saran para pembaca akan kami terima dengan senang hati
demi penyempurnaan makalah ini dimasa yang akan datang. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
Banjarbaru, 21 Maret 2014
Penyusun,
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR.......................................................................................... i
DAFTAR
ISI ....................................................................................................... ii
BAB
I PENDAHULUAN
A.
LatarBelakang......................................................................... 1
C.
Tujuan...................................................................................... 2
BAB
II PEMBAHASAN
A.
Definisi
Kebakaran................................................................. 3
B.
Klasifikasi
Kebakaran............................................................. 3
C.
Penyebab
Terjadinya Kebakaran............................................ 5
D.
Cara
Pemadaman Kebakaran.................................................. 6
E.
Pembentukan
dan Penyebaran Asap...................................... 7
F.
Pencegahan
Terjadinya Kebakaran......................................... 7
BAB
III PENUTUP
A.
Kesimpulan.............................................................................. 10
B.
Saran........................................................................................ 10
DAFTAR
PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Dalam
kamus, kebakaran itu dinyatakan dengan keterangan, kemusnahan oleh api dan
menyebabkan kerugian. Api dinyatakan dengan keterangan: gas bercahaya yang di
akibatkan oleh terjadinya reaksi kimia pembentukan atau penguraian
persenyawaan. Secara sederhana dapat dikatakan kebakaran adalah pembakaran atau
suatu reaksi antara bahan yang dapat terbakar dengan oksigen,dalam keadaan
sedemikian rupa sehingga timbul panas dan api dan menyebabkan kerugian.
Bahaya
kebakaran harus dipahami oleh setiap orang karena kebakaran biasa terjadi
dimana-mana, selain merugikan diri sendiri juga orang lain yang berada
disekitar area kebakaran.
Untuk
mengantisipasi terjadinya kecelakaan akibat kebakaran Pemerintah mengeluarkan
undang-undang UU No. 1 Tahun 1970 “Dengan perundangan ditetapkan persyaratan
keselamatan kerja untuk mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran” yang
dikuatkan dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No.186/MEN/1999 Tentang Unit
Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja disebutkan dalam Pasal ayat 1
“Pengurus atau Perusahaan wajib mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran,
menyelenggarakan latihan penganggulangan kebakaran di tempat kerja”.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa
itu kebakaran?
2. Apa
saja klasifikasi kebakaran?
3. Apa
penyebab terjadinya kebakaran?
4. Bagaimana
cara pemadaman kebakaran?
5. Bagaiman
pembentukan dan penyebaran asap?
6. Bagaimana
pencegahan agar tidak terjadi kebakaran?
C.
Tujuan
1. Untuk
mengetahui definisi kebakaran.
2. Untuk
mengetahui kalsifikasi kebakaran.
3. Untuk
mengetahui penyebab terjadi kebakaran.
4. Untuk
mengetahui cara pemadaman kebakaran.
5. Untuk
mengetahui pembentukan dan penyebaran asap.
6. Untuk
mengetahui cara mencegah agar tidak terjadi kebakaran.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Definisi
Kebakaran
Dalam kamus, kebakaran itu dinyatakan dengan keterangan, kemusnahan
oleh api dan menyebabkan kerugian. Api dinyatakan dengan keterangan: gas
bercahaya yang di akibatkan oleh terjadinya reaksi kimia pembentukan atau
penguraian persenyawaan. Secara sederhana dapat dikatakan kebakaran adalah
pembakaran atau suatu reaksi antara bahan yang dapat terbakar dengan
oksigen,dalam keadaan sedemikian rupa sehingga timbul panas dan api yang
menyebabkan kerugian.
B.
Klasifikasi
Kebakaran
a.
Kebakaran Kelas A
Kebakaran ini disebabkan oleh bahan-bahan yang sifatnya mudah terbakar
seperti kayu, kertas, kain dan sejenisnya. Alat pemadam api yang
digunakan untuk tipe kebakaran ini dapat menggunakan fire
extinguisher jenis dry chemical powder biasa
ataupun fire extinguisher tipe CO2. Pemakaian air dapat memadamkan tipe
kebakaran ini juga dan dinilai efektif. Tipe alat pemadam api dry chemical
powder adalah fire extinguisher yang paling banyak ditemui dan paling umum
digunakan.
b.
Kebakaran Kelas B
Jenis kebakaran ini disebabkan oleh cairan yang mudah terbakar seperti
minyak bumi, gas, lemak, lilin, thinner, pernis dan sejenisnya. Solusi
mengatasi kebakaran tipe ini adalah dengan membatasi oksigen di area kebakaran.
Jangan memakai air untuk memadamkan tipe kebakaran ini karena akan menyebabkan
terjadinya penyebaran api.
Penggunaan alat pemadam api tipe ABC powder atau tipe
karbon dioksida (CO2) merupakan solusi pemadaman yang paling baik untuk
memadamkan kebakaran cairan mudah terbakar dalam keadaan tertutup. Pada saat memadamkan
kebakaran kelas B di ruangan tertutup, pastikan supply oksigen pada pernafasan
anda terjamin, karena pada kebakaran, bukan hanya api saja yang berbahaya namun
asap dari api juga dapat membahayakan kehidupan anda.
c.
Kebakaran Kelas C
Disebabkan oleh terjadinya hubungan arus listrik yang biasanya membakar
kabel atau fitting dan area disekitarnya. Bisa juga disebabkan oleh peralatan
listrik yang terbakar. Penggunaan gas cair BCF atau Bromo Chloro
diFluoromethane atau alat pemadam api tipe
karbon dioksida (CO2) merupakan pemadam paling efektif untuk memadamkan
kebakaran kelas C. Hindari pemakaian air atau pemadam jenis busa untuk
memadamkan pada kebakaran kelas C karena alat pemadam api yang berbasis air
dapat menghantarkan arus listrik.
Perlu diperhatikan juga jika anda menyemprotkan alat pemadam CO2, maka
biasanya udara di sekitar area kebakaran akan mengembun dan jika jumlahnya
banyak dapat berpotensi untuk menghantarkan arus listrik juga.
d.
Kebakaran Kelas D
Kebakaran jenis ini disebabkan oleh logam tertentu yang mudah terbakar
seperti Zinc, Magnesium, serbuk Aluminium, Sodium, Titanium dan lain-lain.
Solusi untuk kebakaran jenis ini adalah pemakaian alat pemadam api jenis
powder. Kebakaran tipe D paling jarang terjadi.
e.
Kebakaran kelas K
Pada kasus kebakaran kelas K yang biasanya terjadi di dapur, akibat
minyak goreng yang dipanaskan terlalu lama, anda dapat menggunakan telur atau
bahan-bahan masakan yang tidak mengandung air untuk segera memadamkannya,
menggunakan air akan menyebabkan minyak panas meletup dan akan berbahaya bagi
orang yang disekitarnya. Pada restoran-restoran dengan alat deep fryer,
biasanya disediakan alat pemadam tipe wet chemical yang mengandung Potassium
Acetate untuk mengatasi potensi kebakaran kelas K.
C. Penyebab Terjadinya Kebakaran
Berbagai sebab kebakaran dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Kelalaian
Kelalaian merupakan penyebab terbanyak peristiwa kebakaran. Contoh dari
kelalaian ini misalnya: lupa mematikan kompor, merokok di tempat yang tidak
semestinya, menempatkan bahan bakar tidak pada tempatnya, mengganti alat
pengaman dengan spesifikasi yang tidak tepat dan lain sebagainya.
2. Kurang pengetahuan
Kurang pengetahuan tentang pencegahan kebakaran merupakan salah satu
penyebab kebakaran yang tidak boleh diabaikan. Contoh dari kekurang pengetahuan
ini misalnya tidak mengerti akan jenis bahan bakar yang mudah menyala, tidak
mengerti tanda-tanda bahaya kebakaran, tidak mengerti proses terjadinya api dan
lain sebagainya.
3. Peristriwa alam
Peristiwa alam dapat menjadi penyebab kebakaran. Contoh: gunung
meletus, gempa bumi, petir, panas matahari dan lain sebagainya.
4. Penyalaan sendiri
Api bisa terbentuk bila tiga unsur api yaitu bahan bakar, oksigen
(biasanya dari udara) dan panas bertemu dan menyebabkan reaksi rantai
pembakaran. Contoh: kebakaran di hutan yang disebabkan oleh panas matahari yang
menimpa bahan bakar kering di hutan.
5. Kesengajaan
Kebakaran bisa juga disebabkan oleh kesengajaan misalnya karena unsur
sabotase, penghilangan jejak, mengharap pengganti dari asuransi dan lain
sebagainya.
Bila suatu bahan terbakar, maka terbebaskanlah
energi, jadi hasil pembakaran itu berada dalam tingkat energi yang lebih
rendah. Suatu bahan harus diaktifkan dahulu supaya dapat terbakar dan
kehilangan energinya. Hal ini di sebabkan oleh “penyebab kebakaran” seperti
puntung rokok yang belum padam, pancaran panas dari suatu tungku, loncatan
bunga api paku sepatu menggesek jalan, loncatan api listrik dan sebagainya.
Sampai dimana suatu bahan harus di aktifkan supaya dapat terbakar,tergantung
dari keadaan bahan itu sendiri. Sebatang korek api yang menyala dapat membakar
batang korek api lainnya tapi tidak dapat membakar sebilah papan.
Penyebab terjadinya
kebakaran antara lain:
1.
Bahan
yang mudah terbakar: barang padat, cair atau gas ( kayu, kertas, textil, bensin, minyak, acetelin, dll)
2.
Panas (suhu): pada lingkungannya memiliki suhu yang demikian tingginya, (sumber panas dari sinar matahari, kistrik (kortsluiting, panas energi mekanik (gesekan), reaksi kimia, kompresi udara)
3.
Oksigen
(O2): adanya zat asam (O2) yang cukup. Kandungan (kadar) O2 ditentukan dengan persentasi (%), makin besar kadar oksigen maka api akan menyala makin hebat, sedangkan pada kadar oksigen kurang dari 12 % tidak akan terjadi pembakaran api. Dalam keadaan normal kadar oksigen diudara bebas berkisar 21 %, maka udara memiliki keaktifan pembakaran yang cukup.
Dari ketiga faktor tersebut saling mengikat dengan kondisi yang cukup tersedia. Ketiga factor tersebut digambarkan dalam bentuk hubungan segitiga kebakaran.
Perlu diperhatikan apabila salah satu dari sisi dari segitiga tersebut tidak ada, maka tidak mungkin terjadi kebakaran. Jadi setiap kebakaran yang terjadi dapat dipadamkan dengan tiga cara yaitu :
a. Dengan menurunkan suhunya dibawah suhu kebakaran,
b. Menghilangkan zat asam,
c. Menjauhkan barang-barang yang mudah terbakar.
D.
Cara Pemadaman Kebakaran
Terdapat 3 (tiga) cara untuk mengatasi atau memadamkan kebakaran:
1. Cara penguraian yaitu cara memadamkan dengan memisahkan atau menjauhkan bahan atau benda-benda yang dapat terbakar
2. Cara pendinginan yaitu cara memadamkan kebakaran dengan menurunkan panas atau suhu. Bahan air yang paling dominan digunakan dalam menurunkan panas dengan jalan menyemprotkan atau menyiramkan air ketitikapi.
3. Cara isolasi atau lokalisasi yaitu cara pemadaman kebakaran dengan mengurangi kadar atau presentase O2 pada benda-benda yang terbakar.
E. Pembentukan dan Penyebaran Asap
Pembentukan
dan penyebaran asap adalah hal yang tak dapat diabaikan demi keamanan kebakaran.
Asap dapat menghalangi atau tidak memungkinkan orang menyelamatkan diri
meninggalkan gedung yang terbakar karena terhalangnya pandangan. Asap juga
dapat lebih mengobarkan api dan menimbukan panik. Regu pemadam kebakaran, dalam
menunaikan tugasnya, pada umumnya telebih dahulu menilai keadaannya dan dengan
sendirinya sambil menolong penyelamatan manusia dapat terhalang oleh asap.
Pembentukan
asap adalah persoalan bahan bangunan sedangkan penyebaran asap adalah persoalan
konstruksi bangunan. Lubang ventilasi, tangga ke lantai lebih atas, dan
sebagainya sangat mempenagruhi penyebaran asap.
F. Cara Mencegah agar Tidak Terjadi
Kebakaran
Pencegahan
kebakaran adalah usaha mewaspadai akan faktor-faktor yang menjadi sebab
munculnya atau terjadinya kebakaran dan mengambil langkah-langkah untuk
mencegah kemungkinan tersebut menjadi kenyataan. Pencegahan kebakaran
membutuhkan suatu program pendidikan dan pengawasan beserta pengawasan
karyawan, suatu rencana pemeliharaan yang cermat dan teratur atas bangunan dan
kelengkapannya, pemeriksaan, penyediaan dan penempatan yang baik dari peralatan
pemadam kebakaran termasuk memeliharanya baik segi siap-pakainya maupun dari
segi mudah dicapainya.
Untuk mengantisipasi terjadinya kecelakaan akibat kebakaran Pemerintah
mengeluarkan undang-undang UU No. 1 Tahun 1970 “Dengan perundangan ditetapkan
persyaratan keselamatan kerja untuk mencegah, mengurangi dan memadamkan
kebakaran”.Yang dikuatkan dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI
No.186/MEN/1999 Tentang Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja
disebutkan dalam Pasal ayat 1 “Pengurus atau Perusahaan wajib mencegah,
mengurangi dan memadamkan kebakaran, menyelenggarakan latihan penganggulangan
kebakaran di tempat kerja”.
Peralatan Pencegahan Kebakaran
APAR atau fire extinguishers atau racun api merupakan peralatan reaksi
cepat yang multi guna karena dapat dipakai untuk jenis kebakaran A, B dan C.
Peralatan ini mempunyai berbagai ukuran beratnya, sehingga dapat ditempatkan
sesuai dengan besar-kecilnya resiko kebakaran yang mungkin timbul dari daerah
tersebut, misalnya tempat penimbunan bahan bakar terasa tidak rasional bila di
situ kita tempatkan racun api dengan ukuran 1,2 Kg dengan jumlah satu tabung. Bahan
yang ada dalam tabung pemadam api tersebut ada yang dari bahan kimia kering,
foam atau busa dan CO2, untuk Halon tidak diperkenankan dipakai di Indonesia.
Secara singkat cara mengoperasikan APAR adalah sebagai berikut.
1. APAR Jenis Air
Pada jenis ini media pemadamnya berupa air yang terletak pada tabung.
Dibuat dalam dua konstruksi yaitu SPT dan GCT. Jarak jangkau pancaran sekitar
10 ft sampai 20 ft. Dan waktu pancaran sekitar satu menit untuk kapasitas 2,5
galon. Hanya direkomendasikan untuk kebakaran jenis A, dengan luas bidang
jangkauan sekitar 2500 ft persegi, jarak penempatan setiap 50 ft.
2. APAR Jenis Busa
Tabung utama berisi larutan sodium bikarbonat (ditambah dengan
penstabil busa). Tabung sebelah dalam berisi larutan aluminium sulfat. Campuran
dari kedua larutan tersebut akan menghasilkan busa dengan volume 10 kali lipat.
Busa ini kemudian didorong oleh gas pendorong (biasanya CO2 ).
3. APAR Jenis Karbon Dioksida
APAR jenis ini memadamkan dengan cara isolasi (smothering) di mana
oksigen diupayakan terpisah dari apinya. Di samping itu CO2 juga
mempunyai peranan dalam pendinginan. Material yang diselimuti oleh CO2 akan
cenderung lebih dingin..
4. APAR Jenis Serbuk Kimia Kering (dry
chemical powder)
APAR jenis ini berisi tepung kering sodium bikarbonat dan tabung gas
karbon dioksida atau gas nitrogen (di dalam cartridge) sebagai pendorongnya.
Gas pendorong bisa ditempatkan dalam tabung atau di luar tabung. Tepung kimia
kering bersifat cepat menutup material yang terbakar, dan mempunyai daya jangkau
menutup permukaan yang cukup luas.
5. APAR Jenis Gas Halon dan Pasca Halon
APAR jenis ini biasanya berisi gas halon yang terdiri dari unsur-unsur
karbon, fluorine, bromide dan chlorine. Namun sejak diketemukan lubang pada
lapisan ozon yang diduga disebabkan oleh salah satu unsur gas halon maka
menurut perjanjian Montreal gas halon tidak boleh dipergunakan lagi, dan mulai
1 Januari 1994 gas halon tidak boleh diproduksi.
Adapun alat pendukung APAR antara lain:
a.
Hydran
Ada 3 jenis hydran, yaitu hydran gedung, hydran halaman dan hydran
kota, sesuai namanya hydran gedung ditempatkan dalam gedung, untuk hydran
halaman ditempatkan di halaman, sedangkan hydran kota biasanya ditempatkan pada
beberapa titik yang memungkinkan Unit Pemadam Kebakaran suatu kota mengambil
cadangan air. Detektor Asap atau Smoke Detector Peralatan yang memungkinkan
secara otomatis akan memberitahukan kepada setiap orang apabila ada asap pada
suatu daerah maka alat ini akan berbunyi, khusus untuk pemakaian dalam gedung.
b.
Fire Alarm
Peralatan yang dipergunakan untuk memberitahukan kepada setiap orang
akan adanya bahaya kebakaran pada suatu tempat.
c.
Sprinkler
Peralatan yang dipergunakan khusus dalam gedung, yang akan memancarkan
air secara otomatis apabila terjadi pemanasan pada suatu suhu tertentu pada
daerah di mana ada sprinkler tersebut.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dalam
kamus, kebakaran itu dinyatakan dengan keterangan, kemusnahan oleh api dan
menyebabkan kerugian. Klasifikasi kebakaran dibedakan menjadi: kelas A (kayu, kertas, plastik), kelas B (bensin, solar, bensol), kelas C (permesinan, generator, panel
listrik), kelas D (bahan-bahan
logam, titanium, aluminium), dan kelas K (minyak goreng).
Penyebab terjadinya
kebakaran meliputi tiga unsur, yaitu:
1. Bahan
yang mudah terbakar
2. Oksigen
3. Suhu
Terdapat tiga cara untuk mengatasi atau memadamkan kebakaran:
1. Cara penguraian
2. Cara pendinginan
3. Cara isolasi atau lokalisasi
B. Saran
Untuk mengurangi korban
dan kerugian akibat
kebakaran maka kita harus
senantiasa mencegah terjadinya kebakaran serta menjauhkan barang–barang
yang mudah terbakar
dan mudah meledak
dari sumber api.
DAFTAR
PUSTAKA
http://hasyimibrahim.wordpress.com/2010/01/23/definisi-dan-pencegahan-bahaya-kebakaran/ (diakses 21 maret 2014)
http://pemkab-asahan.go.id/a/index.php-menu=news&id_news1=167&iduser=5
&hal=4.htm (diakses 21 maret 2014)
http://syahrianira.blogspot.com/ (diakses 21 maret 2014)
http://www.jayafire.com/tipe-kebakaran-dan-cara-memadamkannya/ (diakses 22 maret 2014)
http://kazethelight.wordpress.com/2013/10/03/materi-k3-mencegah-dan-menanggulangi-kebakaran-oleh-djoko-kustono/
(diakses 22 maret 2014)
Langganan:
Postingan (Atom)