MAKALAH
KIMIA
FISIKA
“KROMATOGRAFI”
Oleh
:
miftahul farid
PO7134113307
PO7134113307
POLITEKNIK
KESEHATAN KEMENKES BANJARMASIN
JURUSAN
DIII ANALIS KESEHATAN
TAHUN
ANGKATAN 2013/2014
Kata pengantar
Segala puji dan syukur kami panjatkan
kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami
selaku penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Kromatografi” ini dengan baik Makalah ini disusun guna memenuhi
tugas kimia fisika dari Bapak H.Haitami, S,Si,M.Sc. selaku dosen pengajar. Salam sejahtera kita sampaikan kepada ikutan
dan teladan kita Nabi Besar Muhammad saw.
Tak ada gading yang
tak retak; kesalahan adalah kekurangan penyusun; Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.
Akhir kata,
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat untuk pembaca bagi pengembangan
wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan.
Banjarbaru, Desember 2013
|
Penyusun
|
DAFTAR ISI
Kata
pengantar................................................................................................... i
Daftar
isi........................................................................................................... ii
BAB
I PENDAHULUAN
A. Latar
belakang....................................................................................... 1
B. Rumusan
masalah.................................................................................. 2
C. Tujuan
penulisan................................................................................... 3
D. Manfaat
penulisan................................................................................. 3
BAB
II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kromatografi......................................................................................... 4
BAB
III PEMBAHASAN
A. Pengertian
kromatografi........................................................................ 6
B. Kromatografi
kertas.............................................................................. 6
C. Kromatografi
lapis tipis......................................................................... 8
D. Kromatografi
gas................................................................................ 12
E. Kromatografi
cair kinerja tinggi.......................................................... 18
BAB
IV PENUTUP
A. Kesimpulan......................................................................................... 25
B. Saran................................................................................................... 25
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Di awal abad ke-20,
kimiawan Rusia Mikhail Semënovich Tsvet
(1872-1919) menyiapkan kolom yang diisi dengan serbuk kalsium karbonat, dan
kedalamnya dituangkan campuran pigmen tanaman yang dilarutkan dalam eter.
Secara mengejutkan, pigmen memisahkan dan membentuk lapisan berwarna di
sepanjang kolom. Ia menamakan kromatografi pada teknik pemisahan baru ini
(1906). Kemudian kimiawan dari Swiss Richard
Martin Willstätter (1872-1942) menerapkan teknik ini untuk risetnya yakni
khlorofil untuk menunjukkan manfaat teknik ini, dan sejak itu banyak perhatian
diberikan pada kromatografi. Kromatografi didefinisikan sebagai teknik untuk
memisahkan campuran menjadi komponennya dengan bantuan perbedaan sifat fisik
masing-masing komponen. Alat yang digunakan terdiri atas kolom yang di dalamnya
diisikan fasa stasioner (padatan atau cairan). Campuran ditambahkan ke kolom
dari ujung satu dan campuran akan bergerak dengan bantuan pengemban yang cocok
(fasa mobil). Pemisahan dicapai oleh perbedaan laju turun masing-masing
komponen dalam kolom, yang ditentukan oleh kekuatan adsorpsi atau koefisien
partisi antara fasa mobil dan fasa diam (stationer).
Kromatografi
adalah suatu istilah umum yang digunakan untuk bermacam-macam teknik pemisahan
yang didasarkan atas partisi sampel diantara suatu rasa gerak yang bisa berupa
gas ataupun cair dan rasa diam yang juga bisa berupa cairan ataupun suatu
padatan. Penemu Kromatografi adalah Tswett
yang pada tahun 1903, mencoba memisahkan pigmen-pigmen dari daun dengan
menggunakan suatu kolom yang berisi kapur (CaSO4). lstilah kromatografi
diciptakan oleh Tswett untuk melukiskan daerah-daerah yang berwarna yang
bergerak kebawah kolom. Pada waktu yang hampir bersamaan, D.T. Day juga menggunakan kromatografi untuk memisahkan fraksi-fraksi
petroleum, namun Tswett-lah yang pertama diakui sebagai penemu dan yang
menjelaskan tentang proses kromatografi. Penyelidikan tentang kromatografi
kendor untuk beberapa tahun sampai digunakan suatu teknik dalam bentuk
kromatografi padatan cair (LSC). Kemudian pada akhir tahun 1930 an dan
permulaan tahun 1940 an, kromatografi mulai berkembang. Dasar kromatografi
lapisan tipis (TLC) diletakkan pada tahun 1938 oleh Izmailov dan Schreiber,
dan kemudian diperhalus oleh Stahl
pada tahun 1958. Hasil karya yang baik sekali dari Martin dan Synge pada tahun
1941 (untuk ini mereka memenangkan Nobel) tidak hanya mengubah dengan cepat
kromatografi cair tetapi seperangkat umum langkah untuk pengembangan
kromatografi gas dan kromatografi kertas. Pada tahun 1952 Martin dan James
mempublikasikan makalah pertama mengenai kromatografi gas. Diantara tahun 1952
dan akhir tahun 1960 an kromatografi gas dikembangkan menjadi suatu teknik
analisis yang canggih. Kromatografi cair, dalam praktek ditampilkan dalam kolom
gelas berdiameter besar, pada dasamya dibawah kondisi atmosfer. Waktu analisis
lama dan segala prosedur biasanya sangat membosankan. Pada akhir tahun 1960-an,
semakin banyak usaha dilakukan untuk pengembangan kromatografi cair sebagai
suatu teknik mengimbangi kromatografi gas. High Performance Liquid
Chromatography (HPLC) atau Kromatografi Cair Penampilan Tinggi atau High
Preformance = Tekanan atau Kinerja Tinggi, High Speed = Kecepatan Tinggi dan
Modern = moderen) telah berhasil dikembangkan dari usaha ini. Kemajuan dalam
keduanya instrumentasi dan pengepakan kolom terjadi dengan cepatnya sehingga
sulit untuk mempertahankan suatu bentuk hasil keahlian membuat instrumentasi
dan pengepakan kolom dalam keadaan tertentu. Tentu saja, saat ini dengan teknik
yang sudah matang dan dengan cepat KCKT mencapai suatu keadaan yang sederajat
dengan kromatografi gas.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut:
- Pengertian kromatografi dan macam-macamnya
C.
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan
makalah ini adalah:
- Untuk memenuhi tugas kuliah kimia fisika
- Untuk mengetahui jenis-jenis kromatografi
D.
Manfaat Penulisan
a.
Untuk menjelaskan kepada pembaca tentang
kromatografi
b.
Untuk menjelaskan kepada pembaca tentang
prinsip kerja setiap jenis kromatografi
BAB II
ISI
A.
Kromatografi
Kromatografi pertama
kali diberikan oleh Michel Tswett, seorang ahli dari Botani Rusia, yang
menggunakan kromatografi untuk memisahkan klorofil dari pigmen-pigmen lain pada
ekstrak tanaman. Kromatografi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua
kata yaitu chromos yang berarti warna dan graphos yang berarti menulis.
Meskipun kromatografi diturunkan dari kata warna dan tulis, warna
senyawa-senyawa tersebut jelas hanya kebetulan saja terjadi dalam proses
pemisahan ini. Tswett sendiri mengantisipasi penearapan pada beraneka ragam
sistem kimia. Seandainya karyanya segera ditanggapi dan diperluas, beberap
bidang sains mungkin akan lebih cepat maju. Demikianlah kromatografi tetap
tersembunyi sampai sekitar tahun 1931, ketika pemisahan karotenatumbuhan
dilaporkan oleh ahli sains organik terkemuka yaitu Kuhn. Penelitian ini menarik
lebih banyak perhatian dan kromatografi adsorsi menjad meluas pemakaiannya
dalam bidang kimia hasil alam. Seiring perkembangan zaman, terdapat 4
perkembangan utama yaitu : 1. Kromatografi pertukaran ion dalam akhir dasawarsa
1930-an 2. Kromatografi partisi dalam tahun 1941 3. Kromatografi gas pada tahun
1952 4. Kromatografi gel pada tahun 1959 Selain kemajuan utama ini, yang
memberi mekanisme tambahan pada adsorpsi untuk mendistribusikan zat terlarut
antara fase-fase stationen dan mobil,mucul juga modifikasi dalam geometri
sistem kromatografi, seperti dalam kromatografi kertas dan kromatografi lapis
tipis. Perkembangan teoritis yang memungkinkan pemahaman tuntas akan proses
kromatografi dan karenanya menjelaskan faktor-faktor yang menentukan penampilan
kolom, pertama kali muncul dalam hubungan dengan kromatografi gas. Namun
pandangan-pandangan tertentu diantaranya terbukti dengan penyesuaian yang
cocok, sama menolongnya dengan memahami kromatografi dalam mana fase geraknya
adalah cairan. Jadi sekitar tahun 1968 mulailah suatu revolusi dalam
kromatografi cairan yang menjanjikan kevepatan dan efisiensi baru dalam
memisahkan senyawa yang tak dapat dikerjakan dengan kromatografi gas.
Kromatografi adalah metode fisika untuk pemisahan dimana komponen-komponen yang
akan dipisahkan didistribusikan antara dua fase, salah satunya merupakan
lapisan stationer dengan permukaan yang luas dan fase yang lain berupa zat cair
(fluid) yang mengalir lambat (perkolasi) menembus atau sepanjang lapisan
stationer tersebut. Ada beberapa cara dalam mengelompokkan teknik kromatografi.
Kebanyakan berdasarkan pada jenis fase yang digunakan (fase gerak dan fase
diam) misalnya kromatografi gas dan kromatografi cairan. Cara pengelompokkan
lainnya berdasarkan teknik yang digunakan.
B.
Istilah dalam
Kromatografi
Dalam kromatografi,
dikenal beberapa istilah, antara lain:
- Analit adalah zat yang dipisahkan.
- Kromatogram adalah output visual yang diperoleh dari hasil pemisahan. Adanya puncak karakterisitik yang berbeda menunjukkan adanya senyawa yang berbeda.
- Eluen adalah pelarut yang digunakan untuk memisahkan analit.
- Fasa gerak adalah fasa zat yang bergerak pada arah tertentu.
- Fasa diam adalah fasa yang tetap pada tempatnya.
- Waktu retensi adalah waktu yang diperlukan analit untuk melewati sistem.
- Volume retensi adalah volume fasa gerak yang dibutuhkan untuk mengelusi komponen analit.
C.
Dasar Teori
Kromatografi
Distribusi analit
antara dua fasa dapat dijelaskan secara sederhana. Pada dasarnya, analit berada
dalam kesetimbangan dalam fasa gerak dan fasa diam.
Amobile ⇌ Astationary
Konstanta kestimbangan, K, sering disebut dengan
koefisien partisi. Koefisien partisi adalah konsentrasi molar analit pada fasa
diam dibagi dengan konsentrasi molar analit pada fasa gerak.
BAB III
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Kromatografi
Kromatografi
adalah teknik untuk memisahkan campuran menjadi komponennya dengan bantuan
perbedaan sifat fisik masing-masing komponen.
·
Jenis-jenis
Kromatografi
Berdasarkan Teknik
Kerja yang digunakan, antara lain :
1. Kromatografi kertas
2. Kromatografi lapis tipis
3. Kromatografi gas
4. Kromatografi
kolom
1.
Kromatografi Kertas (KKt)
Kromatografi kertas
merupakan bentuk kromatografi yang paling sederhana, mudah dan murah. Banyak
digunakan untuk identifikasi kualitatif penemunya adalah Martri, Consden
dan Gordon.Fasa diam dalam kromatografi ini berupa air yang terikat pada
selulosa kertas sedangkan fasa geraknya berupa pelarut organic nonpolar.
Berdasarkan kedua hal itu kromatografi kertas dapat digolongkan ke dalam
kromatografi partisi. Dalam kromatografi kertas fasa gerak merembes ke dalam
kertas karena efek kapiler. Rembesan fasa gerak pada kertas dapat dilakukan
dengan teknik menaik ( ascending ) atau dengan teknik menurun (descending).
Pada teknik menaik rembesan fasa bergerak kea as sedangkan pada pada tekik
menurun rembesan fasa gerak bergerak ke bawah. Pada teknik menurun fasa gerak
disamping bergerak karena efek kapiler juga dibantu oleh efek gravitasi
sehingga rembesan berjalan lebih cepat.
Pelaksanaan teknik ini terbagi pada 3 tahap ,
yaitu :
- Penotolan cuplikan
- Tahap pengembangan
- Identifikasi atau penampakan noda.
Pada tahap penotolan
cuplikan, prertama-tama siapkan kertas kromatografi dengan ukuran tertentu .
buatlah garis awal dengan jarak 2-3 cm dengan salah satu ujung kertas dengan
menggunakan pensil ( karena pensil terdiri dari satu komponen yaitu kabon
sehingga tidak mengganggu migrasi dan pemisahan komponen sampel). Selanjutnya
totolkan larutan cuplikan dengan menggunakan mikropipet atau pipa kapiler pada
garis awal tadi, kemudian keringkan.
Pada tahap pengembangan,
ujung kertas kromatogram dekat garis awal berisi totolan cuplikan dicelupkan ke
dalam pelarut ( eluen ) yang terdapat di dalm bejana kromatografi . pencelupan
diusahakan tidak merendam totolan cuplikan atau garis awal. Biarkan eluen
merembes melalui totolan cuplikan. Komponen-komponen cuplikan akan terbawa oleh
rembesan cuplikan. Perbedaan kelarutan komponen-komponen cuplikan dalam eluen
akan mengakibatkan kecepatan bergerak komponen-komponen dalam kertas juga
berbeda. Perbedaan kecepatan bergerak komponen-komponen ini lebih umum disebut
migrasi diferensial. Hasil pemisahan akan Nampak sebagai noda-noda berwarna
pada kertas dengan jarak yang berbeda-beda dari garis awal. Noda-noda ini
selanjutnya disebut sebagai kromatogram. Perembesan eluen dihentikan setelah
eluen hamper mencapai ujung kertas. Pekerjaan selanjutnya adalah member tanda
batas gerakan eluen, dan kemudian kertas diangkat dari cairan pengelusi untuk
seterusnya dikeringkan. Pada tahap identifikasi atau penampakan noda, jika noda
sudah berwarna dapat langsung diperiksa dan ditentukan harga Rf nya. Besaran ini (kependekan dari
rate of flow) menyatakan derajat retensi atau factor refensi. Harga Rf dihitung sebagai jarak yang
ditempuh oleh komponen dibagi dengan jarak yang ditempuh oleh eluen (fasa
gerak). Rf = jarak yang ditempuh komponen/jarak yang ditempuh eluen. Setiap
komponen mempunyai harga Rf sendiri-sendiri. Bila noda tidak berwarna dapat
dilakukan hal-hal sebagai berikut:
- Menyemprot kertas dengan pereaksi penimbul warna seperti ditizon, ninhidrin, kalium kromat, ammonium sulfide dll.
- Menyinari kertas dengan sinar ultraviolet
- Mendedahkan kertas pada uap iodium
- Menentukan harga Rf nya
Kromatografi kertas sangat
berguna untuk pemisahan zat anorganik, organik dan biokimia dalam jumlah yang
sedikit. Sebagai fasa diam umumnya air yang terserap oleh pori-pori kertas.
Oleh Karena itu fasa diam bersifat sedikit polar. Bila diinginkan fasa diam
yang lain, maka biasanya kertas akan dikeringkan, kemudian menggunakan fasa
diam seperti glikol, alcohol dll. Jika kertas dilapisi dengan zat-zat
hidrofobik maka kromatografi yang dilakukan adalah kromatografi fasa terbalik (
reversed-phase-chromatography).
Sistem ini berguna untuk pemisahan asam-asam lemak, dan senyawa-senyawa non
polar lainnya, yang mungkin akan terelusi terlalu cepat jika digunakan fasa
diam polar kelarutannya yang rendah.
2.
Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Kromatografi Lapis Tipis
(KLT) dikembangkan oleh Izmailoff dan Schraiber pada tahun 1983. KLT merupakan
bentuk kromatografi planar, selain kromatografi kertas dan elektroforesis. Pada
kromatografi lapis tipis, fase diamnya berupa lapisan yang seragam (uniform) pada permukaan bidang datar
yang didukung oleh lempeng kaca, pelat aluminium, atau pelat plastik.
Fase gerak yang dikenal sebagai pelarut
pengembang akan bergerak sepanjang fase diam karena pengaruh kapiler pada
pengembangan secara menaik (ascending),
atau karena pengaruh gravitasi pada pengembangan secara menurun (descending).
Kromatografi lapis tipis dalam pelaksanaanya
lebih mudah dan lebih murah dibandingkan dengan kromatografi kolom. Demikian
juga dengan peralatan yang digunakan, dalam kromatografi ini peralatan yang
digunakan lebih sederhana.
Keuntungan kromatografi planar adalah:
- Kromatografi lapis tipis banyak digunakan untuk tujuan analisis
- Identifikasi pemisahan komponen dapat dilakukan dengan pereaksi warna, fluoresensi, atau dengan radiasi menggunakan sinar ultra violet
- Dapat dilakukan elusi secara menaik (ascending), menurun (descending), atau dengan cara elusi 2 dimensi
- Ketepatan penentuan kadar akan lebih baik karena komponen yang akan ditentukan merupakan bercak yang tidak bergerak.
Teknik Kromatografi Lapis
Tipis (KLT) menggunakan suatu adsorben yang disalutkan pada suatu lempeng kaca
sebagai fase stasionernya dan pengembangan kromatogram terjadi ketika fase
mobil tertapis melewati adsorben itu. Seperti dikenal baik, kromatografi lapis
tipis mempunyai kelebihan yang nyata dibandingkan kromatografi kertas karena
nyaman dan cepatnya, ketajaman pemisahan yang lebih besar dan kepekaannya
tinggi.
Prinsip kromatografi
Menurut Stahl mengemukakan kaidah dasar kromatografi jerap yaitu Hidrokarbon
jenuh terjerap sedikit atau tidak sama sekali, karena itu ia bergerak paling
cepat.
Pelaksaanan kromatografi
lapis tipis menggunakan sebuah lapis tipis silika atau alumina yang seragam
pada sebuah lempeng gelas atau logam atau plastik yang keras. Jel silika (atau
alumina) merupakan fase diam. Fase diam untuk kromatografi lapis tipis
seringkali juga mengandung substansi yang mana dapat berpendarflour dalam sinar
ultra violet. Fase gerak merupakan pelarut atau campuran pelarut yang
sesuai.Pelaksanaan ini biasanya dalam pemisahan warna yang merupakan gabungan
dari beberapa zat pewarna atau pemisahan dan isolasi pigment tanaman
yangberwarna hijau dan kuningan.
·
Kromatogram
Pelaksanaan kromatografi
biasanya digunakan dalam pemisahan pewarna yang merupakan sebuah campuran dari
beberapa zat pewarna.Contoh pelaksanaan kromatografi lapis tipis: Sebuah garis
menggunakan pinsil digambar dekat bagian bawah lempengan dan setetes pelarut
dari campuran pewarna ditempatkan pada garis itu. Diberikan penandaan pada
garis di lempengan untuk menunjukkan posisi awal dari tetesan. Jika ini
dilakukan menggunakan tinta, pewarna dari tinta akan bergerak selayaknya
kromatogram dibentuk.Ketika bercak dari campuran itu mengering, lempengan
ditempatkan dalam sebuah gelas kimia bertutup berisi pelarut dalam jumlah yang
tidak terlalu banyak. Perlu diperhatikan bahwa batas pelarut berada di bawah
garis dimana posisi bercak berada. Alasan untuk menutup gelas kimia adalah
untuk meyakinkan bawah kondisi dalam gelas kimia terjenuhkan oleh uap dari
pelarut. Untuk mendapatkan kondisi ini, dalam gelas kimia biasanya ditempatkan
beberapa kertas saring yang terbasahioleh pelarut. Kondisi jenuh dalam gelas
kimia dengan uap mencegah penguapan pelarut.Karena pelarut bergerak lambat pada
lempengan, komponen-komponen yang berbeda dari campuran pewarna akan bergerak
pada kecepatan yang berbeda dan akan tampak sebagai perbedaan bercak warna.
Pelarut dapat mencapai
sampai pada bagian atas dari lempengan. Ini akan memberikan pemisahan maksimal
dari komponen-komponen yang berwarna untuk kombinasi tertentu dari pelarut dan
fase diam.
·
Fase Diam KLT
Pelaksaanan kromatografi
lapis tipis menggunakan sebuah lapis tipis silika atau alumina yang seragam
pada sebuah lempeng gelas atau logam atau plastik yang keras. Jel silika (atau
alumina) merupakan fase diam. Fase diam untuk kromatografi lapis tipis
seringkali juga mengandung substansi yang mana dapat berpendar flour dalam
sinar ultra violet.Fase gerak merupakanpelarut atau campuran pelarut yang
sesuai. Fase diam lainnya yang biasa digunakan adalah alumina-aluminium oksida.
Atom aluminium pada permukaan juga memiliki gugus -OH. Apa yang kita sebutkan
tentang jel silika kemudian digunakan serupa untuk alumina.
·
Fase Gerak KLT
Dalam kromatografi, eluent adalah
fasa gerak yang berperan penting pada proses elusi bagi larutan umpan (feed) untuk melewati fasa diam (adsorbent). Interaksi antara adsorbent dengan eluent sangat
menentukan terjadinya pemisahan komponen. Oleh sebab itu pemisahan komponen
gula dalam tetes secara kromatografi dipengaruhi oleh laju alir eluent dan
jumlah umpan.
Eluent dapat
digolongkan menurut ukuran kekuatan teradsorpsinya pelarut atau campuran
pelarut tersebut pada adsorben dan dalam hal ini yang banyak digunakan adalah jenis
adsorben alumina atau sebuah lapis tipis silika. Penggolongan ini dikenal
sebagai deret eluotropik pelarut. Suatu pelarut yang bersifat larutan relatif polar, dapat mengusir pelarut
yang relatif tak polar dari ikatannya dengan alumina (jel silika).
·
Deteksi Bercak
Bercak pemisahan pada KLT
umumnya merupakan bercak yang tidak berwarna. Untuk penentuannya dapat
dilakukan secara kimia, fisika, maupun biologi. Cara kimia yang biasa digunakan
adalah dengan mereaksikan bercak dengan suatu pereaksi melalui cara
penyemprotan sehingga bercak menjadi jelas. Cara fisika yang dapat digunakan
untuk menampakkan bercak adalah dengan pencacahan radioaktif dan fluoresensi
sinar ultraviolet. Fluoresensi sinar ultraviolet terutama untuk senyawa yang
dapat berfluoresensi, membuat bercak akan terlihat jelas. Jika senyawa tidak
dapat berfluoresensi maka bahan penyerapnya akan diberi indikator yang
berfluoresensi, dengan demikian bercak akan kelihatan hitam sedang latar
belakangnyaa akan kelihatan berfluoresensi.
·
Perhitungan nilai Rf
Jumlah perbedaan warna yang
telah terbentuk dari campuran, pengukuran diperoleh dari lempengan untuk
memudahkan identifikasi senyawa-senyawa yang muncul. Pengukuran ini berdasarkan
pada jarak yang ditempuh oleh pelarut dan jarak yang tempuh oleh bercak warna
masing-masing.Ketika pelarut mendekati bagian atas lempengan, lempengan
dipindahkan dari gelas kimia dan posisi pelarut ditandai dengan sebuah garis,
sebelum mengalami proses penguapan.
·
Cara Menggunakan KLT
KLT sangat berguna untuk mengetahui jumlah komponen
dalam sampel. Peralatan yang digunakan untuk KLT adalah chamber (wadah
untuk proses KLT) , pinset, plat KLT, dan eluen. Inilah langkah-langkah memakai
KLT:
- Potong plat sesuai ukuran. Biasanya, untuk satu spot menggunakan plat selebar 1 cm. Berarti jika menguji 3 sampel (3 spot) berarti menggunakan plat selebar 3 cm.
- Buat garis dasar (base line) di bagian bawah, sekitar 0,5 cm dari ujung bawah plat, dan garis akhir di bagian atas.
- Menggunakan pipa kapiler, totolkan sampel cairan yang telah disiapkan sejajar, tepat di atas base line. Jika sampel padat, larutkan pada pelarut tertentu. Keringkan totolan.
- Dengan pipet yang berbeda, masukkan masing-masing eluen ke dalam chamber dan campurkan.
- Tempatkan plat pada chamber berisi eluen. Base line jangan sampai tercelup oleh ulen. Tutuplah chamber.
- Tunggu eluen mengelusi sampel sampai mencapai garis akhir, di sana pemisahan akan terlihat.
- Setelah mencapai garis akhir, angkat plat dengan pinset, keringkan dan ukur jarak spot. Jika spot tidak kelihatan, amati pada lampu UV. Jika masih tak terlihat, semprot dengan pewarna tertentu seperti kalium kromat atau ninhidrin.
Untuk lebih
jelasnya, perhatikan gambar di bawah ni.
3.
Kromatografi Gas (GC)
GC (Gas Chromatography) yang biasa disebut juga Kromatografi
gas (KG) merupakan teknik instrumental yang dikenalkan pertama kali pada tahun
1950-an. GC merupakan metode yang dinamis untuk pemisahan dan deteksi
senyawa-senyawa organik yang mudah menguap dan senyawa-senyawa gas anorganik
dalam suatu campuran Perkembangan teknologi yang signifikan dalam bidang
elektronik, komputer, dan kolom telah menghasilkan batas deteksi yang lebih
rendah serta identifikasi senyawa menjadi lebih akurat melalui teknik analisis
dengan resolusi yang meningkat.GC menggunakan gas sebagai gas pembawa/fase
geraknya. Ada 2 jenis kromatografi gas, yaitu :
- Kromatografi gas–cair (KGC) yang fase diamnya berupa cairan yang diikatkan pada suatu pendukung sehingga solut akan terlarut dalam fase diam.
- Kromatografi gas-padat (KGP), yang fase diamnya berupa padatan dan kadang-kadang berupa polimerik.
Kromatografi gas mempunyai
prinsip yang sama dengan kromatografi lainnya, tapi memiliki beberapa perbedaan
misalnya proses pemisahan campuran dilakukan antara stasionary fase cair dan
gas fase gerak dan pada oven temperur gas dapat dikontrol sedangkan pada
kromatografi kolom hanya pada tahap fase cair dan temperatur tidak dimiliki.
Secara rinci prinsip
kromatografi adalah udara dilewatkan melalui nyala hydrogen (hydrogen flame)
selanjutnya uap organik tersebut akan terionisasi dan menginduksi
terjadinya aliran listrik pada detektor, kuantitas aliran listrik sebanding
dengan ion.
SISTEM PERALATAN KROMATOGRAFI GAS (GC)
a.
Fase gerak
Fase gerak pada GC
juga disebut dengan gas pembawa karena tujuan awalnya adalah untuk membawa
solut ke kolom, karenanya gas pembawa tidak berpengaruh pada selektifitas.
Syarat gas pembawa adalah: tidak reaktif; murni/kering karena kalau tidak murni
akan berpengaruh pada detektor; dan dapat disimpan dalam tangki tekanan tinggi
(biasanya merah untuk hidrogen, dan abu-abu untuk nitrogen).
b.
Ruang suntik sampel
Lubang injeksi didesain
untuk memasukkan sampel ecara cepat dan efisien. Desain yang populer terdiri
atas saluran gelas yang kecil atau tabung logam yang dilengkapi dengan septum
karet pada satu ujung untuk mengakomodasi injeksi dengan semprit (syringe).
Karena helium (gas pembawa) mengalir melalui tabung, sejumlah volume cairan
yang diinjeksikan (biasanya antara 0,1-3,0 μL) akan segera diuapkan untuk
selanjutnya di bawa menuju kolom. Berbagai macam ukuran semprit saat ini
tersedia di pasaan sehingga injeksi dapat berlangsung secara mudah dan akurat.
Septum karet, setelah dilakukan pemasukan sampel secara berulang, dapat diganti
dengan mudah. Sistem pemasukan sampel (katup untuk mengambil sampel gas) dan
untuk sampel padat juga tersedia di pasaran.
Pada dasarnya, ada 4 jenis injektor pada
kromatografi gas, yaitu:
- Injeksi langsung (direct injection), yang mana sampel yang diinjeksikan akan diuapkan dalam injector yang panas dan 100 % sampel masuk menuju kolom.
- Injeksi terpecah (split injection), yang mana sampel yang diinjeksikan diuapkan dalam injector yang panas dan selanjutnya dilakukan pemecahan.
- Injeksi tanpa pemecahan (splitness injection), yang mana hampir semua sampel diuapkan dalam injector yang panas dan dibawa ke dalam kolom karena katup pemecah ditutup; dan
- Injeksi langsung ke kolom (on column injection), yang mana ujung semprit dimasukkan langsung ke dalam kolom.
Teknik injeksi langsung ke
dalam kolom digunakan untuk senyawa-senyawa yang mudah menguap; karena kalau
penyuntikannya melalui lubang suntik secara langsung dikhawatirkan akan terjadi
peruraian senyawa tersebut karena suhu yang tinggi atau pirolisis.
c.
Kolom
Kolom merupakan tempat terjadinya
proses pemisahan karena di dalamnya terdapat fase diam. Oleh karena itu, kolom
merupakan komponen sentral pada GC. Ada 3 jenis kolom pada GC yaitu
kolom kemas (packing column)
dan kolom kapiler (capillary column);
dan kolom preparatif (preparative
column). Perbandingan kolom kemas dan kolom kapiler dtunjukkan oleh
gambar berikut :
Kolom kemas
|
Kolom kapiler
|
Kolom kemas terbuat dari
gelas atau logam yang tahan karat atau dari tembaga dan aluminium. Panjang
kolom jenis ini adalah 1–5 meter dengan diameter dalam 1-4 mm. Kolom kapiler
sangat banyak dipakai karena kolom kapiler memberikanefisiensi yang tinggi
(harga jumlah pelat teori yang sangat besar > 300.000 pelat). Kolom
preparatif digunakan untuk menyiapkan sampel yang murni dari adanya senyawa
tertentu dalam matriks yang kompleks.
Fase diam yang dipakai pada
kolom kapiler dapat bersifat non polar, polar, atau semi polar. Fase diam non
polar yang paling banyak digunakan adalah metil polisiloksan (HP-1; DB-1;
SE-30; CPSIL-5) dan fenil 5%-metilpolisiloksan 95% (HP-5; DB-5; SE-52;
CPSIL-8). Fase diam semi polar adalah seperti fenil 50%-metilpolisiloksan 50%
(HP-17; DB-17; CPSIL-19), sementara itu fase diam yang polar adalah seperti
polietilen glikol (HP-20M; DB-WAX; CP-WAX; Carbowax-20M) (6).
d.
Detektor
Komponen utama selanjutnya
dalam kromatografi gas adalah detektor. Detektor merupakan perangkat yang
diletakkan pada ujung kolom tempat keluar fase gerak (gas pembawa) yang membawa
komponen hasil pemisahan. Detektor pada kromatografi adalah suatu sensor
elektronik yang berfungsi mengubah sinyal gas pembawa dan komponen-komponen di
dalamnya menjadi sinyal elektronik. Sinyal elektronik detektor akan sangat
berguna untuk analisis kualitatif maupun kuantitatif terhadap komponen-komponen
yang terpisah di antara fase diam dan fase gerak.
Pada garis besarnya detektor pada KG termasuk
detektor diferensial, dalam arti respons yang keluar dari detektor memberikan
relasi yang linier dengan kadar atau laju aliran massa komponen yang
teresolusi. Kromatogram yang merupakan hasil pemisahan fisik komponen-komponen
oleh GC disajikan oleh detektor sebagai deretan luas puncak terhadap
waktu. Waktu tambat tertentu dalam kromatogram dapat digunakan sebagai data
kualitatif, sedangkan luas puncak dalam kromatogram dapat dipakai sebagai data
kuantitatif yang keduanya telah dikonfirmasikan dengan senyawa baku. Akan
tetapi apabila kromatografi gas digabung dengan instrumen yang multipleks
misalnya GC/FT-IR/MS, kromatogram akan disajikan dalam bentuk lain.
Beberapa sifat detektor yang digunakan dalam
kromatografi gas adalah sebagai berikut :
Jenis detektor
|
Jenis Sampel
|
Batas Deteksi
|
Kecepatan Alir (mL/menit)
|
||
Gas Pembawa
|
H2
|
Udara
|
|||
Hantaran Panas
|
Senyawa umum
|
5 – 100 mg
|
15 – 30
|
-
|
-
|
Ionisasi Nyawa
|
Hidrokarbon
|
10 – 100 pg
|
20- 60
|
30 – 60
|
200 – 500
|
Penangkap electron
|
Halogen organik,
pestisida
|
0,05 – pg
|
30 – 60
|
-
|
-
|
Nitrogen – Fosfor
|
Senyawa nitrogen organik
dan fosfat organic
|
0,1 – 10 g
|
20 – 40
|
1 – 5
|
700 – 100
|
Fotometri Nyala (393 nm)
|
Senyawa-senyawa sulfur
|
10 – 100 pg
|
20 – 40
|
50 – 70
|
60 – 80
|
Fotometri Nyala (526 nm)
|
Senyawa-senyawa fosfor
|
1 – 10 pg
|
20 – 40
|
120 – 170
|
100 – 150
|
Foto Ionisasi
|
Senyawa yang terionisasi
dengan UV
|
2 pg C/detik
|
30 – 40
|
-
|
-
|
Konduktivitas Elektrolik
|
Halogen, N, S
|
0,5 pg C
12 pg S
4 pg N
|
20 – 40
|
80
|
-
|
Fourier Transform-
Inframerah (FTIR)
|
Senyawa-senyawa organic
|
1000 pg
|
3 – 10
|
-
|
-
|
Selektif Massa
|
Sesuai untuk senyawa
apapun
|
10 pg – 10 ng
|
0,5 – 30
|
-
|
-
|
Emisi Atom
|
Sesuai untuk elemen
apapungas Pembasa
|
0,1 – 20 pg
|
60 – 70
|
-
|
-
|
4.
Kromatografi kolom
Kromatografi kolom adalah salah satu metode
yang digunakan untuk pemurnian senyawa dari campuran dengan memakai kolom.
Kromatografi kolom termasuk kromatografi preparatif.
Ø Peralatan Kromatografi Kolom
Alat utama yang digunakan adalah sebuah
tabung dengan diameter 5-50 mm dan tinggi 5 cm - 1 m. Pada bagian dasar tabung
diberi semacam penyaring dari glass wool untuk menghindari hilangnya fasa diam.
Fasa gerak
Fasa gerak atau eluen adalah campuran cairan murni.
Eluen dipilih sedemikian rupa sehingga faktor retensi senyawa berkisar antara
0,2-0,3 supaya meminimalisasi penggunaan waktu dan jumlah eluen melewati kolom.
Jenis eluen yang digunakan pada kromatografi kolom dipilih supaya senyawa yang
berbeda dapat dipisahkan secara efektif. Eluen yang digunakan dapat dicoba
terlebih dahulu menggunakan kromatografi lapis tipis. Setelah dirasa cocok, eluen yang sama
digunakan untuk mengelusi komponen dalam kolom.
Fasa diam
Fasa diam yang digunakan dalam kromatografi
kolom adalah suatu adsorben padat. Biasanya berupa silika gel atau alumina.
Dahulu juga sering digunakan bubuk selulosa. Fasa diam berbentuk serbuk microporous
untuk meningkatkan luas permukaan.
Ø Metode
Dua metode utama yang digunakan yaitu metode
kering dan metode basah:
Metode kering
Pada metode kering, kolom diisi dengan fasa
diam kering, diikuti dengan penambahan fasa gerak yang disiramkan pada kolom
sampai benar-benar basah.
Metode basah
Pada metode basah, bubur (slurry)
disiapkan dengan mencampurkan eluen pada serbuk fasa diam dan dimasukkan secara
hati-hati pada kolom. Dalam langkah ini harus benar-benar hati-hati supaya
tidak ada gelumbung udara. Larutan senyawa organik dipipet di bagian atas fasa
diam, kemudian eluen dituangkan pelan-pelan melewati kolom.
Ø Cara Kerja Kromatografi Kolom
Komponen
tunggal ditahan pada fasa diam berupa adorben karena telah terikat. Ketika
eluen dialirkan, maka senyawa akan melakukan migrasi, terbawa oleh eluen sesuai
dengan kesesuaian kepolaran. Masing-masing senyawa dalam komponen mempunyai
kecepatan yang berbeda-beda dalam melewati kolom. Selama proses berlangsung,
akan didapatkan beberapa fraksi. Masing-masing fraksi kemungkinan mengandung
senyawa yang berbeda. Untuk mengujinya, fraksi hasil kromatografi kolom dapat
diamati menggunakan KLT. Fraksi dengan Rf yang mirip, kemungkinan mengandung
senyawa yang sama. Fraksi dapat diamati lebih lanjut menggunakan spektroskopi.
Seluruh proses kromatografi kolom dapat dilihat pada gambar berikut:
Seluruh proses kromatografi kolom dapat dilihat pada gambar berikut:
Waktu antara injeksi sampel hingga akhir proses dinamakan waktu retensi (tR). Masing-masing analit dalam sampel akan mempunyai waktu retensi yang berbeda. Waktu yang diukur dari fase gerak melewati kolom disebut tM .
Faktor retensi (k') sering digunakan untuk mengetahui laju migrasi analit pada kolom. Faktor retensi analit ditentukan dengan rumus:
5. k'A A =
[tR- tM ]/ tM
B.
Kromatografi dan Aplikasinya pada Bidang lain
a) Pada Bidang Bioteknologi
Dalam bidang bioteknologi,
kromatografi mempunyai peranan yang sangat besar. Misalnya dalam penentuan,
baik kualitatif maupun kuantitatif, senyawa dalam protein. Protein sering
dipilih karena ia sering menjadi obyek molekul yang harus di-purified
(dimurnikan) terutama untuk keperluan dalam bio-farmasi. Kromatografi juga bisa
diaplikasikan dalam pemisahan molekul-molekul penting seperti asam nukleat,
karbohidrat, lemak, vitamin dan molekul penting lainnya.
Dengan
data-data yang didapatkan dengan menggunakan kromatografi ini, selanjutnya
sebuah produk obat-obatan dapat ditingkatkan mutunya, dapat dipakai sebagai
data awal untuk menghasilkan jenis obat baru, atau dapat pula dipakai untuk
mengontrol kondisi obat tersebut sehingga bisa bertahan lama.
b) Pada Bidang Klinik
Dalam bidang clinical (klinik),
teknik ini sangat bermanfaat terutama dalam menginvestigasi fluida badan
seperti air liur. Dari air liur seorang pasien, dokter dapat mengetahui jenis
penyakit yang sedang diderita pasien tersebut. Seorang perokok dapat diketahui
apakah dia termasuk perokok berat atau ringan hanya dengan mengetahui
konsentrasi CN- (sianida) dari sampel air liurnya. Demikian halnya air kencing,
darah dan fluida badan lainnya bisa memberikan data yang akurat dan cepat
sehingga keberadaan suatu penyakit dalam tubuh manusia dapat dideteksi secara
dini dan cepat.
Sekarang
ini, deteksi senyawa oksalat dalam air kencing menjadi sangat penting terutama
bagi pasien kidney stones (batu ginjal). Banyak metode analisis seperti
spektrofotometri, manganometri, atau lainnya, akan tetapi semuanya membutuhkan
kerja ekstra dan waktu yang cukup lama untuk mendapatkan hasil analisis
dibandingkan dengan teknik kromatografi.
Dengan alasan-alasan inilah,
kromatografi kemudian menjadi pilihan utama dalam membantu mengatasi
permasalahan dalam dunia bioteknologi, farmasi, klinik dan kehidupan manusia
secara umum.
c) Pada Bidang Forensik
Aplikasi kromatografi pada bidang
forensik pun sangat membantu, terutama dilihat dari segi keamanan. Masih lekat
dalam ingatan kita, sebuah peristiwa Black September Tragedy mengguncang
Amerika pada tanggal 11 September 2001 yang ditandai dengan runtuhnya dua
gedung kesayangan pemerintah Amerika Serikat. Demikian halnya di Indonesia yang
marak dengan aksi peledakan bom yang terjadi di mana-mana. Perhatian dunia pun
akhirnya mulai beralih dengan adanya peristiwa-peristiwa pengeboman/peledakan
tersebut ke bahaya explosive (bahan peledak) dengan peningkatan yang cukup
tajam.
Kini kromatrografi menjadi hal yang sangat penting dalam menganalisis berbagai bahan-bahan kimia yang terkandung dalam bahan peledak. Hal ini didorong karena dengan semakin cepat diketahuinya bahan-bahan dasar apa saja bahan peledak, maka akan makin mempercepat diambilnya tindakan oleh bagian keamanan untuk mengatasi daerah-daerah yang terkena ledakan serta antisipasi meluasnya efek radiasi yang kemungkinan akan mengena tubuh manusia di sekitar lokasi ledakan. Lebih jauh lagi, efek negatifnya terhadap lingkungan juga bisa segera diketahui.
Kini kromatrografi menjadi hal yang sangat penting dalam menganalisis berbagai bahan-bahan kimia yang terkandung dalam bahan peledak. Hal ini didorong karena dengan semakin cepat diketahuinya bahan-bahan dasar apa saja bahan peledak, maka akan makin mempercepat diambilnya tindakan oleh bagian keamanan untuk mengatasi daerah-daerah yang terkena ledakan serta antisipasi meluasnya efek radiasi yang kemungkinan akan mengena tubuh manusia di sekitar lokasi ledakan. Lebih jauh lagi, efek negatifnya terhadap lingkungan juga bisa segera diketahui.
Pada dasarnya setiap bahan peledak,
baru akan meledak jika terjadi benturan, gesekan, getaran atau adanya perubahan
suhu yang meningkat. Dengan terjadinya hal-hal seperti ini, memberikan peluang
bahan peledak tersebut berubah manjadi zat lain yang lebih stabil yang diikuti
dengan tekanan yang tinggi, yang bisa menghasilkan ledakan dahsyat atau bahkan
munculnya percikan api.
Ada banyak bahan kimia yang biasa
digunakan dalam bahan peledak, baik bahan peledak yang kerkekuatan tinggi
maupun rendah, beberapa diantaranya adalah 2,4,6-trinitrotoluene (TNT),
siklonit (RDX), tetril, pentaeritritol tetranitrat (PETN) dan tetritol serta
beberapa anion lain seperti perklorat, klorat, klorida, nitrat, nitrit, sulfate
dan tiosianat.Bisa dikatakan bahwa analisis organic ion (ion organik) dan inorganic
ion (ion anorganik) memainkan peranan yang sangat penting pada saat investigasi
lokasi ledakan bom berlangsung. Pendeteksian ion-ion anorganik misalnya,
setelah pengeboman berlangsung, akan memberikan harapan karena tidak semua
material dari bahan peledak tersebut ikut meledak pada saat terjadi ledakan.
Bahan-bahan anorganik seperti
klorat, klorida, nitrat, nitrit, sulfate, tiosianat, dan perklorat adalah
bahan-bahan kimia yang biasa digunakan sebagai oksidator untuk low explosive
(bahan peledak berkekuatan rendah).
d) Dalam bidang lingkungan
Dalam masalah lingkungan, sebagai
konsekuensi majunya peradaban manusia, berarti permasalahan pun semakin “maju”.
Salah satu permasalahan serius yang dihadapi oleh negara-negara berkembang dan
utamanya negara maju adalah persoalan global warming (pemanasan global).
Menurut survei National Institute for Environmental Studies, Japan, tahun 2006
lalu, bahwa masyarakat di Jepang memperkirakan tingkat pemanasan global
merupakan masalah lingkungan paling serius dan tingkatannya hampir 7 kali lipat
dari satu dekade yang lalu saat polling kali pertama dilakukan pada tahun
19972). Seiring dengan hal itu, permasalahan lingkungan pun semakin meningkat.
Disinilah, teknik kromatografi mengambil peran paling penting dalam environmental
analysis (analisis lingkungan) ini.
Pada dasarnya permasalahan
lingkungan bisa dibagi ke dalam 3 bagian : water hygiene, soil hygiene dan air
hygiene. Sebagai contoh, kualitas air (misal : air ledeng, air sungai, air
danau, air permukaan) dapat diketahui salah satunya dengan mengetahui jenis
anion dan kation yang terkandung dalam sampel air tersebut sekaligus jumlahnya.
Apakah mengandung logam-logam berbahaya atau tidak.
Demikian halnya pada daerah yang
terkena acid rain (hujan asam). Antisipasi dini dapat dilakukan dengan
mengetahui secara dini kandungan sulfate ion, SO42- (ion sulfat) dan nitrogen
trioxide ion, NO3- (nitrogen trioksida) yang terdapat dalam air hujan tersebut.
Terbentuknya hujan asam disebabkan gas sulfur oxide, SOx dengan uap air dan
membentuk asam sulfat (H2SO4), demikian pula nitrogen oxide NOx dapat membentuk
asam nitrat (HNO3) di udara. Reaksi-rekasi ini mengambil waktu berjam-jam atau
bahkan berhari-hari di udara hingga akhirnya jatuh ke bumi dalam bentuk hujan
asam.
Di beberapa negara maju seperti Jepang, Amerika, Eropa, Kanada, dan beberapa negara lainnya, monitoring udara dan air hujan menjadi sangat penting tidak hanya untuk memperkirakan efek dari polusi itu tapi yang lebih penting lagi adalah memonitor progress (perkembangan) control polusi dari global ecology (ekologi global).
Di beberapa negara maju seperti Jepang, Amerika, Eropa, Kanada, dan beberapa negara lainnya, monitoring udara dan air hujan menjadi sangat penting tidak hanya untuk memperkirakan efek dari polusi itu tapi yang lebih penting lagi adalah memonitor progress (perkembangan) control polusi dari global ecology (ekologi global).
Kontrol kondisi air hujan ini
menjadi penting karena beberapa efek yang fatal yang mungkin bisa terjadi, di
antaranya jatuhnya hujan asam dapat meningkatkan keasaman danau, sungai,
bendungan yang pada akhirnya mungin dapat menyebabkan kematian pada kehidupan
air. Demikian pula keasaman pada tanah dapat meningkat dan merembes ke air
permukaan tanah yaitu sumber air minum sehari-hari. Aplikasi pada bidang yang
lain
Sebenarnya masih sangat banyak aplikasi kromatografi dalam bidang-bidang keilmuan lainnya. Beberapa aplikasi tersebut misalnya dalam industri kertas, pertambangan, proses logam, petrokimia, pertanian, kedokteran dan lain-lain.
Sebenarnya masih sangat banyak aplikasi kromatografi dalam bidang-bidang keilmuan lainnya. Beberapa aplikasi tersebut misalnya dalam industri kertas, pertambangan, proses logam, petrokimia, pertanian, kedokteran dan lain-lain.
Namun karena keterbatasan ruang,
dalam tulisan ini penulis hanya menampilkan beberapa contoh peran serta
kromatografi dalam memudahkan dan mempercepat perolehan “target data” dalam
beberapa bidang yang tersebut di atas.
1.
BAB
IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kromatografi adalah cara pemisahan campuran
yang didasarkan atas perbedaan distribusi dari komponen campuran tersebut
diantaranya dua fase, yaitu fase diam (stationary) dan fase bergerak (mobile).
Fase diam dapat berupa zat padat atau zat cair, sedangkan fase bergerak dapat
berupa zat cair atau gas. Dalam kromatografi fase bergerak dapat berupa gas
atau zat cair dan fase diam dapat berupa zat padat atau zat cair.
Kromatografi di bagi menjadi beberapa macam:
1.
Kromatografi
kertas
2.
Kromatografi
lapis tipis
3.
Kromatografi
gas
4.
Kromatografi
kolom
B.
Saran
Demikian makalah ini di susun, tentunya
banyak kekurangan baik dalam segi isi atau penyampaiannya. Oleh karena itu,
saya mengharap kritik dan saran demi kesempurnaan makalah kami. Semoga makalah
ini bermanfaat bagi pembaca.
DAFTAR
PUSTAKA
Adnan,
Mochamad. 1997. Teknik Kromatografi untuk Analisis Bahan Makanan. Yogyakarta:
Andi Offset
Underwood,
Analisis Kimia Kuantitatif, Erlangga Jakarta. 2004
Gas.http://bondiebluesy.wordpress.com/2010/03/08/kromatografi-gas/.Di
Akses 3 Juni 2012
Anonim.
1995. Farmakope Indonesia edisi IV. Jakarta : Depkes RI
Khoplas,
S M. 2002. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI Press
Yazied,estien. 2005. Kimia Fisik
untuk Paramedis. Yogyakarta. Andi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar